Cari Blog Ini

Sabtu, 23 April 2011

Tips Merayu Wanita Lewat SMS, AMPUH GAN





Tips Cara Merayu Wanita Lewat SMS-Banyak pria gencar memanfaatkan rayuan via SMS. Cara ini cukup mujarab, terbukti dalam sebuah survei mengungkapkan bahwa wanita memang kerap tergoda dengan rayuan SMS ini.

Bahkan, mereka amat memperhatikan gaya penulisan SMS kaum pria. Dikutip dari Times of India,76 persen wanita mengaku menilai karakter pria dari SMS yang dikirimkannya.

Setidaknya, itulah hasil survei sebuah penyedia layanan telepon yang mengadakan penelitian ini di Inggris. Karena itu, ada baiknya kaum pria tidak sembarangan mengirim SMS pada wanita pujaannya.

Bahkan ternyata dalam survei ini, 63 persen wanita tak suka dengan kata singkatan sembarangan dalam SMS yang dikirim pada mereka.

Sejumlah 67 persen wanita pun lebih memilih mengencani pria yang mengirimkan SMS dengan kalimat panjang, yang lucu dan menggoda. Sebaliknya, SMS yang terlalu ‘dingin’ dan biasa tidak menarik hati mereka.

Survei kepada 2000 orang wanita ini juga mengungkap bahwa 41 persen responden mengaku terganggu dengan adanya salah kata atau ejaan SMS.

Selain itu, sekitar 9 dari 10 wanita lebih memilih berhubungan dengan SMS daripada berbicara via telepon pada saat awal mula berkenalan. “Pria single harus lebih memperhatikan cara mengirim SMS karena hal itu dinilai penting oleh wanita,” demikian saran William Onstrom dari penyedia layanan yang mempublikasikan hasil survei ini.

Dan beberapa tips merayu wanita lewat SMS :

1. Puji karena fisiknya.
Paling dasar dan paling sederhana. Puji karena atribut fisiknya, pada saat itu pilih sesuatu yang emang sedang kita bicarakan, mungkin aja dari model baju atau bagian tubuhnya. Nah, kunci cara ini adalah anda harus setulus mungkin, karena pujian ini hanya bertahan sebentar, tapi kalo diterusin bakal jadi masalah dan ngebosenin. Pujian ini nggak akan banyak dianggap, karena mereka tahu hal itu bukan penampilan alami mereka. Jangan terlalu sering pake strategi ini, karena kalo terlalu sering, bakal ga ada rasanya lagi.”

2. Puji sesuatu yang ia buat.
Hal ini berhubungan dengan apa yang dikerjakan si cewe secara fisik. Nggak masalah kalo dia bukan penulis atau pematung atau pelukis, yang penting anda muji dengan apa yang dia buat, misal bikin kuwe atau roti. Ingat bahwa ia benar2 menggunakan waktunya buat bikin semua hal itu, dan pujian ini akan berbanding lurus dengan lamanya usahanya membuat barang itu. Jadi kalo anda muji buku buatan dia, tentunya akan jauh lebih lama efeknya daripada es krim buatan dia. Nah, pujian ini akan jauh lebih bisa dipake daripada teknik pertama.

3. Puji keberhasilan dia
Jika ia berhasil menyelesaikan satu proyek yang sudah sering dia omongin, PASTIKAN anda memujinya. Selain menunjukkan bahwa anda emang ngedengerin, hal ini juga akan membawa anda fokus ke keberhasilan personalnya. Hal ini menunjukkan bahwa anda benar2 terkagum2 akan kemampuannya untuk bertahan sampai akhir dan menurut anda dia sangat mengagumkan!

4. Minta pendapat atau nasihatnya.
Semua orang suka sekali merasa berguna, dan cewe bakal suka banget jika dia merasa bisa mendukung anda. Bisa dipastikan ada sesuatu dari dirinya yang belum anda tahu sama sekali, jadi coba aja cerita dan dengerin nasihat dia. Nggak ada salahnya kan pendapat baru di sisi anda, dia pasti akan memberikan kemampuan terbaiknya untuk membantu anda. Hal ini sebenarnya adalah pengakuan anda akan kemampuan dia, sehingga dia akan benar2 merasa dipuji dan mendapat kepuasan dari nasihat yang diberikannya kepada anda.

5. Dan Bisa juga melalui Puisi Cinta yang membuat para wanita tersipu malu.



Sumber: http://andhongcliquers.blogspot.com

DAKWAH AWAL NABI MUHAMMAD SAW. ADALAH KEPADA KERABAT/KELUARGA TERDEKATNYA

(oleh Ja’far Subhani)

Reformasi Islam bertumpu pada reformasi ke dalam. Sebelum seseorang mampu mengendalikan anak-anaknya dan familinya dari kejahatan, kegiatan dakwahnya tak mungkin efektif, karena lawan-lawannya akan menudingnya dengan menunjuk perilaku keluarganya sendiri.

Dengan alasan-alasan tersebut, Allah SWT memerintahkan Nabi untuk mengajak familinya, 

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, "1) 

sementara menyangkut dakwah umum, Dia berfirman,

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala yang diperintahkan [kepadamu] dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik,. "2)

Cara Mengajak Kerabat

Cara Nabi mengajak kerabatnya sangatlah menarik. Rahasia cara dakwah ini menjadi lebih jelas belakangan, ketika realitasnya ter¬ungkap. Ketika mengomentari ayat "berilah peringatan kepada kerabat-¬kerabatmu yang terdekat", hampir seluruh mufasir dan sejarawan me¬nulis bahwa Allah Yang Mahakuasa memerintahkan Nabi mengajak kerabat terdekatnya untuk memeluk agamanya. Dengan hati-hati, beliau memerintahkan 'Ali bin Abi Thalib, yang usianya tak lebih dari lima belas tahun, untuk menyediakan makanan dan susu. Kemu¬dian beliau mengundang 45 orang sesepuh Bani Hasyim dan me¬mutuskan untuk membuka rahasianya pada perhelatan itu.

Sayangnya, seusai makan, salah seorang pamannya (Abu Lahab) menyatakan hal-hal keji dan tak-berdasar dan menyebabkan suasana jadi tidak menyenangkan bagi penyajian masalah misi kenabian. Karena itu, Nabi menganggap lebih baik menangguhkan perkara itu sampai hari berikut.
Besoknya, sekali lagi, beliau mengadakan perjamuan. Selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,

"Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak per¬nah berdusta pada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rasul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya! Anda sekalian akan mati. Se¬telah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi (bagi orang yang lurus) dan neraka-Nya yang kekal (bagi mereka yang berbuat jahat)." Lalu beliau menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan pada Anda rahmat dunia maupun akhirat. Tuhan saya memerintah¬kan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah di antara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, Washi (penerima wasiat), dan Khalifah (peng¬ganti) saya?"

Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. Sekonyong-konyong, 'Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap, 

"Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda." 

Nabi menyuruh ia duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapan permintannya kepada semua yang hadir, tapi tak ada yang menyambut kecuali 'Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata, 

"Pemuda ini adalah Saudara, Washi, dan Khalifah saya di antara kalian. Dengarlah kata-katanya dan ikuti dia."

Sampai di sini, pertemuan berakhir. Orang-orang berpaling ke¬pada Abu Thalib dengan senyum sinis sembari berkata, 

"Muhammad telah menyuruh Anda untuk mengikuti putra Anda dan menerima perintah darinya serta mengakuinya sebagai sesepuh Anda." 3)

Yang ditulis di atas adalah inti dari versi mendetail yang dikutip kebanyakan mufasir dan sejarawan dalam berbagai ungkapan. Ke¬cuali Ibn Taimiyah, yang mempunyai pandangan khusus terhadap anggota keluarga Nabi, tak seorang pun meragukan keabsahan ri¬wayat ini, dan semua menganggapnya sebagai fakta sejarah.

Kejahatan dan Pelanggaran Amanat

Pengubahan dan penyajian fakta yang keliru serta penyembunyi¬an kenyataan yang sesungguhnya merupakan kejahatan yang jelas dan pelanggaran amanat. Sepanjang perjalanan sejarah Islam ada kelompok penulis yang menempuh jalan ini dan mengurangi nilai tulisan mereka lantaran penyajian yang keliru. Jalan sejarah dan perkembangan pengetahuan, bagaimanapun, telah mengungkapkan hal ini.
lnilah contoh penyajian yang keliru tersebut:

1. Sebagaimana diketahui, Muhammad bin Jarir ath-Thabari (meninggal 310 H) te1ah mengisahkan peristiwa ajakan Nabi kepada kerabat dekatnya tersebut dalam buku sejarahnya (Tarikh ath¬Thabari). Namun, dalam kitab Tafsir-nya, 4) ketika mengomentari ayat "dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat ", Thabari menyebutkan apa yang ia tulis dalam buku sejarahnya bersama dengan teks dan sumbernya, tapi ketika sarnpai pada kalimat "Ali adalah saudara, Washi, dan penerus saya", ia meng-ubah kalimat itu menjadi, "'Ali adalah saudara saya, dan lain-¬lain." 

Tak syak bahwa menghapus kata-kata "washi dan khalifahku" dan menggantikannya dengan kalimat "dan lain-lain" tak mungkin lain dari pelanggaran amanat.
Sejarawan mestinya bebas dan tanpa prasangka dalam mere¬kam fakta, dan harus menulis apa yang dinilainya benar dengan keberanian dan keterusterangan yang tak tertandingi. Jelaslah, hal yang mendorong Thabari menghapus kalimat ini, dan meng¬gantinya dengan kata-kata yang mengelabui, adalah asumsi keagamaannya. 

Ia tidak menganggap 'Ali sebagai washi dan peng¬ganti langsung Nabi. Karena kalimat ini jelas menunjukkan 'Ali sebagai washi dan khalifah langsung, ia menganggap perlu mem¬bela sikap religiusnya ketika mengomentari sebab-sebab turunnya ayat tersebut.

2. Ibn Katsir Syami (meninggal 732 H) juga menempuh jalan yang sama dalam buku sejarahnya 5) sebagaimana yang ditempuh Tha¬bari sebelumnya dalam Tafsir-nya. Kita tak dapat memaklumi Ibn Katsir, karena Tarikh ath-Thabari-lah yang menjadi dasar kitab sejarahnya, dan ia sendiri jelas-jelas merujuk ke Tarikh ath-Thabari dalam menyusun bagian ini dalam kitabnya. Tetapi, kendatipun demikian, ia tidak mengutip masalah ini dari Tarikh melainkan dari Tafsir ath- Thabari.

3. Kemudian kita sampai pada kejahatan yang dilakukan oleh Dr. Haikal, penulis buku Hayat Muhammad, yang telah membuka jalan bagi generasi baru untuk melakukan perusakan fakta. Aneh¬nya, kendati dalam prakata bukunya ia mengecam kaum orien¬talis dan menuduh mereka merusak dan memalsu fakta, ia sen¬diri melakukan hal yang sama, bahkan selangkah lebih maju, karena:

Pertama, dalam edisi pertama buku tersebut, ia mengutip peris¬tiwa ini, dengan cara merusak dan, dari dua kalimat yang ada, ia hanya mencatat satu (yakni, Nabi berpaling kepada para sesepuh itu seraya berkata, "Siapa di an tara kalian yang akan menjadi pendukung saya dalam tugas ini sehingga ia dapat menjadi sau¬dara, washi, dan pengganti saya") dan menghapus sama sekali kalimat lainnya menyangkut 'Ali setelah 'Ali menyatakan dukung¬annya. Ia sama sekali tidak menyebutkan bahwa Nabi berkata tentang 'Ali, "Pemuda ini adalah Saudara, Washi, dan Khalifah saya." 

Kedua, dalam edisi kedua dan ketiga, ia maju selangkah dengan menghapus kedua kalimat itu dari dua tempat berbeda. Dengan begitu, ia melakukan serangan telak kepada kedudukannya sen¬diri dan bukunya."

Kenabian dan Imamah

Pemakluman khilafah (imamah) 'Ali di hari-hari awal kenabian Muhammad SAW memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu sama lain. Ketika Rasulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa Kenabian dan Imamah merupakan dua hal yang tak terpisahkan.

Peristiwa di atas jelas membuktikan heroisme spiritual dan keberanian 'Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman, tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdiannya dengan keberanian sem¬purna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri. Ken¬dati waktu itu ia yang termuda di antara yang hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk me¬nerima kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.

Catatan Kaki :

1) Surah asy-Syu’ara’, 26:213
2) Surah al-Hajr, 15:94
3) Tarikh ath-Thabari, II, h. 62-63; Tarikh al-Kamil, II, h. 40-41; Musnad Ahmad, I, h. 111; Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, XIII, h. 210-221.
4) Tafsir ath-Thabari, XIX, h. 74
5) Al-Bidayah wa an-Nihayah, III, h. 40

Orang-orang yang pertama masuk Islam (versi 2)

Ia menjelaskan sebab ke-Islamannya dengan berkata :


كنت أنا في الجاهلية أظن أن الناس على ضلالة، وأنهم ليسوا على شيء وهم يعبدون الأوثان، فسمعت برجل بمكة يخبر أخباراً، فقعدت على راحلتي فقعدت عليه، فإذا رسول الله صلى الله عليه وسلم مستخفياً جراء عليه قومه، ، ستلطفت حتى دخلت عليه بمكة، فقلت له : ما أنت ؟ قال : أنا نبي. فقلت : وما نبي ؟. قال : أرسلني الله. فقلت : وبأي شيء أرسلك ؟ قال : أرسلني بصلة الأرحام وكسر الأوثان، وأن يوحد الله لا يشرك به شيء، قلت له : فمن معك على هذا ؟ قال : حر وعبد. قال : ومعه يومئذ أبو بكر وبلال ممن آمن به. فقلت : إني متبعك. قال : إنك لا تستطيع ذلك يومك هذا، ألا ترى حالي وحال الناس !! ولكن ارجع إلى أهلك، فإذا سمعت بي قد ظهرتُ فأتني، قال فذهبت إلى أهلي، وقدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة، وكنت في أهلي، فجعلت أتخبر الأخبار وأسأل الناس حين قدم المدينة حتى قدم عليّ نفر من أهل يثرب، من أهل المدينة، فقلت : ما فعل الرجل الذي قدم المدينة ؟ فقالوا : الناس إليه سراع، وقد أراد قومه قتله، فلم يستطيعوا ذلك، فقدمت المدينة، فدخل عليه....

“Pada jaman Jahiliyah aku yakin semua orang yang berada di atas kesesatan, dan mereka tidak berada di atas satu kebenaran pun karena menyembah berhala. Aku mendengar seorang laki-laki di Makkah yang menyampaikan satu khabar. Lalu aku pun bergegas naik menunggangi kendaraanku untuk menemuinya. Pada waktu itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang bersembunyi karena permusuhan yang dilancarkan oleh kaumnya. Aku bersikap ramah hingga aku bisa menemui beliau di Makkah. Aku bertanya kepada beliau : ‘Siapakah engkau ?’. Beliau menjawab : ‘Aku adalah seorang nabi’. Aku bertanya : ‘Apa itu nabi ?’. Beliau menjawab : ‘Allah telah mengutusku’. Aku bertanya : ‘Dengan apa Allah telah mengutusmu ?’. Beliau menjawab : ‘Allah mengutusku untuk menyambung silaturahim, menghancurkan berhala, dan mentauhidkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun’. Aku bertanya : ‘Siapakah yang bersama atas hal ini ?’. Beliau menjawab : ‘Seorang yang merdeka dan seorang budak’. Dan bersama beliau waktu itu adalah Abu Bakr dan Bilaal yang telah lebih dahulu beriman. Aku berkata : ‘Sesungguhnya aku ingin mengikutimu’. Beliau bersabda : ‘Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup untuk waktu ini. Tidakkah engkau melihat keadaanku dan keadaan orang-orang (yang memusuhiku) !!. Namun (untuk sekarang), pulanglah kepada keluargamu. Apabila engkau mendengar tentang kejayaanku, maka datanglah kepadaku’. Akupun kembali menuju keluargaku. Saat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, aku tengah berada di sisi keluargaku. Aku pun mencari-cari berita dan bertanya kepada orang-orang hingga sekelompok orang Madinah datang menemuiku. Aku bertanya : ‘Apa yang dilakukan laki-laki itu saat tiba di Madinah ?’. Mereka berkata : ‘Orang-orang bergegas menemuinya. Kaummnya ingin membunuhnya, namun tidak mampu’. Maka aku pun datang ke Madinah dan menemui beliau….”.[28]

Jelaslah bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak memberitahukannya nama-nama seluruh orang yang telah masuk Islam. Beliau hanya menyebutkan nama Abu Bakr dan Bilaal saja sebagai langkah hati-hati untuk menjaga keselamatan orang-orang yang telah masuk Islam dari ancaman.

Boleh jadi ia (‘Amr bin ‘Absah) masuk Islam setelah pertanyaan dijawab oleh beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan pengakuan ‘Amr bin ‘Abasah : “Sungguh aku melihat diriku saat itu adalah seperempat bagian dari Islam“ hanyalah berdasar apa yang dilihatnya saja. Padahal, jumlah kaum muslimin waktu itu lebih banyak. Hal itu sengaja ditutup-tutupi oleh beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena kaum kafir Quraisy sedang bersemangat untuk memusuhi Islam dan menyakiti kaum muslimin, sebagaimana ditunjukkan oleh sabda beliau : “Tidakkah engkau melihat keadaanku dan keadaan orang-orang (yang memusuhiku) !!”.

Hal yang menunjukkan bahwa kaum muslimin sengaja menutup-nutupi ke-Islaman mereka adalah pengakuan Abu Dzarr yang mengatakan ia termasuk orang keempat yang masuk Islam juga.[29] Sebagian rawi telah memberikan alasan atas pertentangan antara perkataan Abu Dzarr dan ‘Amr bin ‘Absah dengan mengatakan :


كلاهما لا يدري متى أسلم الآخر

“Kedua-duanya tidak mengetahui kapan yang lain masuk Islam”.[30]

Hal itu mengisyaratkan bahwa permulaan dakwah secara sembunyi-sembunyi harus memperhatikan beberapa keadaan – bahkan juga pada tingkatan dakwah secara terang-terangan – demi kemaslahatan dakwah yang baru tumbuh.




[Abu Al-Jauzaa’ – ditulis malam Ahad, Sya’ban 1430 dengan mengambil referensi dari As-Siirah An-Nabawiyyah Ash-Shahiihah : Muhaawalatun li-Tahthbiiqi Qawaa’idil-Muhadditsiin fii Naqdi Riwaayaati As-Siirah An-Nabawiyyah oleh Prof. Dr. Akram Dliyaa’ Al-‘Umariy, hal. 133-140; Maktabah Al-‘Uluum wal-Hikam, Cet. 6/1415, Madinah].

footnote:

[1] Sirah Ibni Hisyaam 1/224 tanpa sanad, Mushannaf Ibni Abi Syaibah 14/74 dari mursal Az-Zuhriy, dan Mustadrak Al-Haakim 3/184 dengan sanad dla’iif dari hadits Hudzaifah bin Al-Yamaan.

[2] Musnad Ahmad 1/330-331, 373 dengan sanad hasan dari hadits Ibnu ‘Abbas, Thabaqaat Ibni Sa’d 3/21, Mustadrak Al-Haakim 3/132, dan Siirah Ibni Hisyaam /228-229 tanpa sanad. Dan riwayat yang menceritakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menanggung/memelihara ‘Aliy dengan sanad sampai Mujaahid bin Jabr, maka statusnya mursal karena adanya ‘an’anah ‘Abdullah bin Abi Najiih sedangkan ia seorang mudallis [Ta’riif Ahlit-Taqdiis, hal. 39].

[3] At-Tirmidzi : Al-Jaami’ 5/642 dengan sanad shahih. Al-Haakim telah menshahihkannya dan kemudian disepakati oleh Adz-Dzahabiy [Al-Mustadrak 3/136]. Dalam sanadnya terdapat Abu Hamzah, seseorang dari kalangan Anshar. Ia bernama Thalhah bin Yaziid Al-Ailiy [Taqriibut-Tahdziib 283].

[4] Fathul-Baariy, 7/174.

[5] Musnad Ahmad 1/99 dan Kasyful-Astaar 3/182; dalam sanadnya terdapat Yahya bin Salamah bin Kuhail, seorang Syi’iy matruk [Taqriibut-Tahdzib 591].

Diriwayatkan pula dalam Sunan At-Tirmidzi 5/640 - dalam sanadnya terdapat Muslim bin Kaisaan yang disepakati ke-dla’if-annya, serta Musnad Abi Ya’laa 1/348 – dalam sanadnya terdapat Muslim bin Kaisan, Habbah bin Juwain, dan Sulaiman bin Qarm yang kesemuanya adalah dla’if.

Al-Imam Ahmad membawakan riwayat bahwa ‘Afiis Al-Kindiy menyaksikan shalat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Khadijah, dan ‘Aliy di satu tempat. Mereka berdua (Khadijah dan ‘Aliy) adalah orang yang masuk Islam pertama kali [Musnad Ahmad 1/209-210 dan Mustadrak Al-Haakim 3/183 dan ia menshahihkannya dengan disepakati oleh Adz-Dzahabiy]. Akan tetapi dalam sanadnya terdapat Isma’il bin Iyaas, seorang perawi yang dilemahkan oleh Al-Bukhaariy [At-Taariikh Al-Kabiir, 1/345, 441].

[6] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy (Fathul-Baariy 7/18). Lihat As-Siirah An-Nabawiyyah oleh Ibnu Katsir 1/434.

[7] Shahih Al-Bukhaariy (Fathul-Baariy, 4/475).

[8] ‘Abdurrazzaq : Al-Mushannaf 5/325 dari mursal Az-Zuhriy. Riwayat mursal Abu Fazaarah Raasyid bin Kaisaan Al-‘Absiy, seorang tsiqah, mengisyaratkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membeli Zaid bin Haritsah dengan menggunakan harta Khadijah. Kemudian beliau membebaskannya setelah Khadijah menghibahkannya kepada beliau. Namun riwayat tersebut menyelisihi riwayat Ibnu Ishaq yang menyatakan bahwa Hakiim bin Hizaam lah yang membeli Zaid bin Haritsah, kemudian memberikan Zaid kepada Khadijah yang kemudian menghibahkannya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam [Mushannaf Ibni Abi Syaibah, 14/321].

Sebuah riwayat dla’if mengisyaratkan bahwa saudara laki-laki Zaid, yaitu Jabalah bin Haaritsah berusaha untuk memintanya kembali, tetapi Zaid menolaknya [Sunan At-Tirmidzi 5/676 – di dalamnya terdapat Muhammad bin ‘Umar Ar-Ruumiy, seorang yang layyin/lemah]. Riwayat ini diikuti (ada mutaba’ah-nya) oleh ‘Abdul-Ghaffar bin ‘Abdillah bin Az-Zubair Al-Muushiliy dalam Mustadrak Al-Haakim (3/214). Ibnu Hibban telah menyendiri dalam pen-tautsiqan ‘Abdul-Ghaffaar [Ats-Tsiqaat 8/421], sehingga dua jalan tersebut menjadi kuat dan naik pada derajat hasan lighairihi.

[9] Ath-Thabaraiy : Taariikhul-Umam wal-Muluk 2/316.

[10] Shahih Al-Bukhaariy (Fathul-Baariy 7/83, 170). Lihat Fadlaailush-Shahaabah oleh Ahmad (bin Hanbal) 2/749.

[11] Shahih Muslim bi-Syarhin-Nawawiy 15/185-187. Al-Waahidiy membawakan riwayat dengan maknanya dalam Asbaabun-Nuzuul 395 dengan sanad dla’if, di dalamnya terdapat rawi yang bernama Ahmad bin Ayyub bin Raasyid : maqbuul. Ibnu Hibban menyendiri dalam pen-tautsiq-annya [At-Tahdziib, 1/17 dan At-Taqriib 77].

Al-Waahidiy juga membawakan dengan maknanya sebagaimana terdapat dalam Thabaqaat Ibni Sa’d (4/123-124).

[12] Mushannaf Ibni Abi Syaibah 12/53 dari jalan Ibnu Lahi’ah. Hapalannya tercampur setelah kitab-kitabnya terbakar. Riwayat ini bukan termasuk riwayat Al-‘Abaadilah darinya dimana ia (riwayat ‘Abaadilah) termasuk riwayat-riwayat yang paling ‘adil dari Ibnu Lahi’ah.

[13] Thabaqaat Ibni Sa’d 3/214-215 dari jalan Al-Waaqidiy, dan ia seorang yang matruk.

[14] Ath-Thabaraaniy : Al-Mu’jamul-Kabiir 1/81-82 dan Majma’uz-Zawaaid oleh Al-Haitsamiy 9/152 - ia adalah riwayat mursal. Rijalnya adalah rijal Ash-Shahiih.

[15] Thabaqaat Ibni Sa’d 3/102, dan ia adalah riwayat mursal. Rijalnya adalah rijal Ash-Shahiih.

[16] Majma’uz-Zawaaid oleh Al-Haitsamiy 9/151.

[17] Thabaqaat Ibni Sa’d 3/139, namun Al-Waaqidiy seorang yang matruuk. Akan tetapi khabar yang seperti ini termasuk hal yang ia anggap mudah (untuk menerimanya).

[18] Thabaqaat Ibni Sa’d 4/94-95. Lihat Mustadrak Al-Haakim 3/249, dalam sanadnya terdapat inqitha’ (keterputusan) karena Sa’iid bin ‘Amr bin Sa’iid tidak pernah mendengar riwayat dari pamannya yang bernama Khaalid bin Sa’iid.

[19] Ahmad dalam Al-Musnad 1/379, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 11/510, Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat 3/150-151, dan Al-Fasawiy dalam Al-Ma’rifah wat-Taariikh 2/537 dengan sanad hasan. Adz-Dzahabiy telah menshahihkan sanadnya dalam Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 1/465. Begitu pula Al-Haitsamiy dalam Majma’uz-Zawaaid 6/17, namun dalam sanadnya terdapat ‘Aashim bin Abin-Nujuud. Ibnu Hajar berkata tentangnya : “Shaduuq lahu auhaam (jujur, namun terjadang salah) Haditsnya terdapat dalam Ash-Shahiihain” [At-Taqriib 285]. Adz-Dzahabiy berkata tentangnya : “Ia seorang yang haditsnya hasan (huwa hasanul-hadiits)” [Miizaanul-I’tidaal 2/357].

[20] Thabaqaat Ibni Sa’d 1/151.

[21] Mushannaf Ibni Abi Syaibah 12/114-115, Kasyful-Astaar oleh Al-Haitsamiy 3/248, Al-Mu’jamul-Kabiir oleh Ath-Thabaraniy 9/58, Mustadrak Al-Haakim 3/313 dan ia menshahihkan sanadnya serta disepakati oleh Adz-Dzahabiy. Di dalamnya terdapat ‘ilal, diantaranya tadliis dari Al-A’masy dan ia membawakannya dengan ‘an’anah. Juga, adanya perawi yang bernama ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah dimana ia tidak pernah mendengar dari ayahnya kecuali sedikit, dan ia seorang mudallis yang tidak menjelaskan penyimakan riwayatnya dengan tahdiits.

[22] Mushannaf Ibni Abi Syaibah 12/149 dengan sanad shahih sampai pada Mujaahid secara mursal, dan 13/49 yang juga mursal. Dan perawi yang bernama Karduus adalah maqbuul jika ada mutaba’ah-nya [Taqriibut-tahdziib 461]. Ibnu Hiban telah menyendiri dalam pen-tautsiq-annya [Ats-Tsiqaat 5/342. Dan riwayat mursal ini menyendiri dalam penyebutan masuk Islamnya Khabbaab pada usia enam tahun.

[23] Fadlailush-Shahaabah oleh Al-Imam Ahmad 1/182, 231 dengan sanad shahih, Thabaqaat Ibni Sa’d 3/233, dan Mustadrak Al-Haakim 3/284 dan ia menshahihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabiy.

[24] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 7/99).

[25] Shahih Al-Bukhariy (Fathul-Baariy 7/18, 170). Ibnu Hajar berkata :

أما الأعبد فهم بلال وزيد بن حارثة وعامر بن فهيرة وأبو فكيهة ويحتمل أن الخامس هو شقران، وأما المرأتان فخديجة وأم أيمن - أو سمية - .

“Adapun lima orang budak tersebut adalah Bilaal, Zaid bin Haaritsah, ‘Aamir bin Fahiirah, Abu Fakiihah, dan kemungkinan yang kelima adalah Syaqraan. Sedangkan dua orang wanita adalah Khadiijah dan Ummu Aiman – atau Sumayyah – “.

[26] Musnad Ahmad 1/404 dengan sanad hasan.

[27] Musnad Ahmad 4/112 dan Thabaqaat Ibni Sa’d 4/215.

Taariikh Ath-Thabariy 2/315 dengan sanad hasan, dan Mustadrak Al-Haakim 3/65,66 dan ia menshahihkan sanadnya.

[28] Shahih Muslim 1/596. Dan bandingkan dengan riwayat Al-Ajurriy dalam Asy-Syarii’ah hal. 445-446 dengan sanad hasan yang di dalamnya terdapat perawi yang bernama Isma’il bin ‘Iyaasy. Ia berstatus shaduuq dari riwayat yang berasal dari orang-orang Syaam sebagaimana ada dalam sanad ini. Di dalamnya juga terdapat ‘Abdullah As-Saibaaniy, maqbuul. Di sini ia telah diikuti (punya mutaba’ah) dari jalur/arah Abu Salaam Ad-Dimasyqiy.

Riwayat ini menunjukkaan bahwa seseorang dari kalangan Ahli Kitaab – di jaman Jahiliyyah – telah memberinya petunjuk/membimbing untuk mengikuti Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang akan muncul di Makkah.

[29] Ath-Thabaraniy dalam Al-Mu’jamul-Kabiir 2/155 dan Al-Haakim dalam Al-Mustadrak 3/342, dan ia diam terhadap status riwayat tersebut. Barangkali perkataan Al-Haakim terhapus dalam proses pencetakan, karena Adz-Dzahabaiy menyebutkan penshahihannya atas persyaratan Muslim. Namun itu tidak benar, sebab Al-Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits ini untuk Maalik bin Martsad dan juga ayahnya. Martsad adalah majhuul sebagaimana perkataan Adz-Dzahabiy [Miizaanul-I’tidaal 4/87]. Ibnu Hajar berkata mengenainya : “Maqbuul” – yaitu jika ada mutaba’ah-nya. Dan memang riwayat ini ada mutaba’ah-nya dari Jubair bin Nufair, dari Abu Dzarr [Ath-Thabaraiy dalam Taarikhul-Umam wal-Muluuk 2/315] dengan sanad yang di dalamnya ada Shadaqah bin ‘Abdillah As-Samiin, seorang yang dla’iif [At-Taqriib 275]. Al-Haakim telah bermudah-mudah (tasaahul) dalam penshahihan sanadnya, yang kemudian disepakati oleh Adz-Dzahabiy [Al-Mustadrak 3/341]. Status riwayat tersebut hanyalah hasan lighairihi (bukan shahih).

Jadi jelaslah bahwa Adz-Dzahabiy saat meringkas Mustadrak Al-Haakim cenderung hanya mengambil kemudahannya saja tanpa menempatkan metodologi kritik hadits yang sesuai.

[30] Ath-Thabariy dalam At-Taariikh 2/315 dengan sanad dla’if sampai pada Jubair bin Nufair. Ibnu Katsir dan Ibnu Hajar menyatakan bahwa dakwah yang masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi merupakan sebab bertentangannya pengakuan masing-masing siapa yang lebih dahulu masuk Islam [As-Siiratun-Nabawiyyah oleh Ibnu Katsir 1/443 dan Fathul-Baariy oleh Ibnu Hajar 7/84].

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009...suk-islam.html

Orang-orang yang pertama masuk Islam

Abul-Jauzaa


Hadits yang menceritakan tentang permulaan wahyu menunjukkan bahwa Khadijah radliyallaahu ‘anhaa adalah orang yang pertama kali mengetahui khabar kenabian (nubuwwah) dan turunnya wahyu. Ia adalah seorang yang membenarkan kerasulan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, mendukung, memberikan semangat, dan menghibur untuk meringankan beban yang beliau pikul. Maka tidaklah mengherankan apabila ia menjadi orang yang pertama kali beriman (masuk Islam) sebagaimana dikatakan oleh Az-Zuhriy dan Ibnu Ishaaq.[1]

Kemudian ‘Ali bin Abi Thaalib menyusul masuk Islam setelah Khadiijah pada waktu itu dimana sebelum Islam[2], ia diasuh oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai balas budi beliau kepada Abu Thaalib yang miskin lagi banyak anak. ‘Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki.[3] Al-Haafidh menguatkan pendapat bahwa umur ‘Aliy saat beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam diutus (sebagai rasul) adalah sepuluh tahun.[4]

Banyak riwayat yang lemah dan palsu seputar masuk Islamnya ‘Aliy dan shalatnya (untuk pertama kali) pada hari Selasa, sehari setelah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Khadijah shalat. (Dikisahkan) bahwa ‘Aliy melakukan shalat tujuh tahun sebelum kaum muslimin lainnya shalat.[5] Sebenarnya banyak sekali keutamaan ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu tanpa perlu ditambah kedustaan dan sikap berlebih-lebihan seperti itu.

Adapun Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu, Ibnu Katsir telah ber-istinbath bahwa ia orang yang pertama kali masuk Islam melalui sebuah hadits shahih yang menerangkan :


إن الله بعثني إليكم، فقلتم : كذبت. وقال أبو بكر : صدق، وواساني بنفسه وماله

“Sesungguhnya mengutusku kepada kalian, sementara kalian mengatakan : Engkau dusta. Adapun Abu Bakr mengatakan : (Engkau) benar. Ia telah mengorbankan jiwa dan hartanya demi aku”.[6]

Setelah Abu Bakr masuk Islam, maka keluarganya pun masuk Islam. ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa berkata :


لم أعقل أبويّ إلا وهما يدينان الدين

“Aku tidak mengetahui kedua orang tuaku kecuali keduanya memeluk agama (Islam)”.[7]

Az-Zuhriy berpendapat bahwa orang yang pertama kali masuk Islam adalah Zaid bin Haristah[8], maula Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dengan melihat perkataan Az-Zuhriy (yang lain) yang mengatakan orang yang pertama kali masuk Islam adalah Khadiijah, barangkali ia ingin mengatakan bahwa Zaid ini adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki. Dan tampak sekali Al-Waqidiy ingin mengkompromikan/menjamak dua pendapat Az-Zuhriy tersebut.[9]

Setelah itu muncul upaya pengkompromian beberapa riwayat yang secara jelas menyebutkan nama-nama shahabat yang pertama masuk Islam.

Dan ditunjukkan oleh sebuah riwayat shahih tentang Islamnya Sa’d bin Abi Waqqaash di urutan ketiga, kemudian setelahnya disusul para shahabat yang lain.[10]

Al-Qur’an turun menceritakan Islamnya Sa’d sebagaimana ia menceritakan tentang dirinya sendiri :


حلفت أم سعد أن لا تكلمه أبداً حتى يكفر بدينه ولا تأكل ولا تشرب قالت : زعمتَ أن الله وصَّاك بوالديك، وأنا أمّك وأنا آمر بهذا. قال : مكثت ثلاثة أيام حتى غشي عليها من الجهد. فقام ابن لها يقال له عمارة فسقاها، فجعلت تدعو على سعد فأنزل الله عز وجل في القرآن هذه الآية : (وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي) وفيها (وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا) قال : فكانوا إذا أرادوا أن يطعموها شجروا فاها بعصا ثم أوجروها.

“Ummu Sa’d bersumpah untuk tidak berbicara dengannya selamanya hingga ia kembali kafir dari agamanya (Islam). Ia juga tidak mau makan dan minum. Ummu Sa’d berkata : ‘Engkau pasti tahu bahwa Allah telah menyuruhmu untuk berbuat baik kepada kedua orang tuamu. Dan aku adalah ibumu dan aku menyuruhmu untuk itu (kembali kafir dari agama Islam)’. Selama tiga hari Ummu Sa’d hanya diam tidak mau makan dan minum hingga keadaannya sangat kepayahan. Ketika salah seorang anaknya yang bernama ‘Umarah ingin memberinya minum, ia malah mendoakan kecelakaan bagi Sa’d. Hingga Allah ‘azza wa jalla pun menurunkan ayat ini dalam Al-Qur’an : ‘Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku’ – dan diantara terdapat ayat : ‘dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik’. Ia berkata : “Hingga keluarganya apabila ingin memberinya makan harus bersusah-payah membuka mulutnya dengan menggunakan tongkat”.[11]

Peristiwa tersebut menunjukkan betapa gigih sikap orang-orang mukmin dahulu dalam menghadapi berbagai macam fitnah/cobaan. Selain menggunakan kelembutan dan perasaan, mereka juga menggunakan kekerasan dan kekuatan.

‘Utsman bin ‘Affaan radliyallaahu ‘anhu masuk Islam sejak awal waktu, namun tidaklah benar riwayat tentang pengakuannya bahwa ia orang keempat yang masuk Islam.[12] Thalhah menyusul masuk Islam, namun tidak benar riwayat yang menceritakan perincian kisah ke-Islamannya.[13]

Lalu Az-Zubair bin Al-‘Awwaam masuk Islam. Riwayat-riwayat yang berasal dari anaknya yang masih kecil – yaitu ‘Urwah – dimana ia tidak mendapatkan riwayat dari ayahnya menjadikannya berstatus mursal. Az-Zubair masuk Islam pada usia delapan tahun.[14] Namun riwayat dari cucunya yang bernama Hisyam bin ‘Urwah (bin Az-Zubair) mengatakan bahwa Az-Zubair masuk Islam pada usia enam belas tahun.[15] Sedangkan riwayat mursal Abul-Aswad mengisyaratkan disiksanya pamannya, yaitu Az-Zubair, dengan api karena ke-Islamannya.[16]

Barangkali sumber khabar ini bersifat kekeluargaan, karena Abul-Aswad termasuk salah satu perawi kisah peperangan ‘Urwah darinya. Sementara dalam riwayat Al-Waaqidiy, Az-Zubair masuk Islam pada usia tujuh belas tahun.[17]

Di antara orang-orang yang masuk Islam pertama kali yang lain adalah Khaalid bin Sa’iid bin Al-‘Ash, namun perincian kisah ke-Islamannya tidaklah shahih dimana Al-Waqidiy menyendiri dalam periwayatannya.[18]

‘Abdullah bin Mas’uud saat menceritakan kisah keislamannya berkata :


كنت غلاماً يافعاً أرعى غنماً لعقبة بن أبي معيط بمكة، فأتى عليّ رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وقد فرا من المشركين، فقال : يا غلام هل عندك لبن تسقينا ؟ قلت : إني مؤمن ولست بساقيكما، قالا : فهم عندك من جذعة لم ينزُ عليها الفحل بعد ؟ قلت : نعم. فأتيتها بها، فاعتقلها أبو بكر وأخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم الضرع فدعا، فحفل الضرع، وأتاه أبو بكر بصخرة منقعرة، فحلب ثم شرب هو وأبو بكر ثم سقياني، ثم قال للضرع : اقلُصْ، فقلص.
فلما كان بعد أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم، قلت : علّمني من هذا القول الطيب - يعني القرآن - ، فقال رسول الله عليه وسلم : إنك غلام مُعَلَّم. فأخذت من فيه سبعين سورة ما ينازعني فيها أحد.


Waktu itu aku masih kecil. Aku biasa menggembalakan kambing milik ‘Uqbah bin Abi Mu’aith di Makkah. Pada satu hari, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr mendatangiku saat mereka berdua lari dari kejaran orang-orang musyrikiin. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku : “Wahai anak, apakah engkau mempunyai susu yang dapat kami minum ?”. Aku berkata : “Aku hanyalah orang yang dipercaya (untuk menggembala) yang tidak bisa memberikan minum kepada kalian berdua (tanpa ijin/sepengetahuan dari pemilik kambing)”. Mereka berdua berkata : “Apakah engkau mempunyai kambing betina tua yang tidak lagi dikawini oleh kambing jantan ?”. Aku menjawab : “Ya”. Maka aku membawa kambing itu kepada mereka berdua. Maka Abu Bakr mengikatnya, dan kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memegang teteknya dan berdoa. Maka tetek kambing itu membesar berisi susu. Abu Bakr kemudian mengambil sebuah batu cekung. Ia pun kemudian memerahnya, lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr meminumnya. Aku pun mereka beri minum. Setelah selesai, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada tetek kambing itu : “Mengkerutlah”. Maka ia pun mengkerut.

Setelah peristiwa itu, aku pun mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “Ajarilah aku perkataan yang bagus itu – yaitu Al-Qur’an – “. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya engkau adalah seorang anak yang patut untuk diajari”. Maka aku pun berhasil mengambil pelajaran dari mulut beliau sebanyak tujuh puluh surat, satu hal tidak dapat dicapai oleh seorangpun (selain aku)”.[19]

Al-Waaqidiy menyebutkan bahwa ‘Abdullah bin Mas’uud memeluk agama Islam sebelum masuknya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ke Daarul-Arqaam.[20] Dan disebutkan pula satu riwayat dla’if lainnya bahwa Ibnu Mas’ud termasuk keenam yang masuk Islam.[21]

Tidak diragukan lagi bahwasannya Khabbaab bin Al-Arat juga juga termasuk diantara orang yang awal masuk Islam, namun tidak shahih riwayat yang menyebutkan ia masuk Islam pada usia enam tahun.[22] Begitu juga masuk Islamnya Bilaal Al-Habsyiy di awal waktu[23]. Ia dulu seorang budak yang dijual dan dibeli oleh Abu Bakr, kemudian dimerdekakannya.[24]

Telah shahih riwayat bahwasannya ‘Ammaar bin Yaasir masuk Islam di awal waktu. Ia telah berkata perihal dirinya sendiri :


رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وما معه إلا خمسة أعبد وأمرتان وأبو بكر.

“Aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang bersamanya kecuali lima orang budak, dua orang wanita, dan Abu Bakr”.[25]

Ibnu Mas’ud berkata :


أول من أظهر إسلامه سبعة رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأبو بكر، وعمار، وأمه سُميَّة، وصُهيب، وبلال، والمقداد.

“Orang-orang pertama yang menampakkan ke-Islamannya sebanyak tujuh orang, yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Ammaar, ibu ‘Ammar yang bernama Sumayyah, Shuhaib, Bilaal, dan Al-Miqdaad”.[26]

Adapun ‘Amr bin ‘Absah As-Sulamiy mengaku dirinya sebagai orang keempat yang masuk Islam pertama kali. Ia berkata :


فلقد رأيتني إذ ذاك ربع الإسلام.

“Sungguh aku melihat diriku saat itu adalah seperempat bagian dari Islam“.[27]



Bersambung ...Insya Allah

Senin, 18 April 2011

10 pemain basket NBA tertinggi

Berikut ini daftar pemain NBA tertinggi yang pernah. Seperti Kita semua tahu bahwa basket adalah sebagai identik sebagai pemain tinggi. Dengan tubuh tinggi, pemain bola basket dapat mencapai cincin dan melakukan “Slam Dunk” dengan mudah. Jadi, Mari kita lihat daftar pemain yang memiliki tubuh tertinggi di NBA (per 2010)

10. Imam Lauderdale: 7’4 ” / 225 cm
Berat: 325 Pounds
Tim: Atlanta Hawks (1996 – 1997), Denver Nuggets (1997 – 1998)
Imam hanya bermain untuk 2 musim NBA. Dia pergi untuk bermain basket di Bulgaria setelah 1997 – 1998 musim.

9. Ralph Sampson: 7’4 ” /225.6 cm
Berat: 235 Pounds
Tim: Houston Rockets (1983-1988), Golden State Warriors (1988-1989), Sacramento Kings (1989-1991), Washington Bullets (1991-1992)
Dia menghabiskan setengah dari karirnya dengan Houston Rockets. Dengan Hakeem Olajuwon sering disebut menara kembar. Dia sangat berbakat cedera beberapa pemain sebelum mengambil kariernya.

8. Rik Smits: 7’4 ” /226 cm
Berat: 265 Pounds
Tim: Indiana Pacers (1988-2000)
Rik Smits menghabiskan seluruh karirnya (12 musim) dengan Indiana Pacers. Dia adalah seorang pemain yang baik dan memiliki karier yang cemerlang. Dia aslinya berasal dari Belanda.

7. Mark Eaton: 7’4 ” /226.4 cm
Berat: 290 Pounds
Team: Utah Jazz (1982 – 1993)
Mark Eaton adalah ahli pertahanan pada masanya. Ia melewatkan 11 musim di NBA dengan Utah Jazz. Saat ini, Dia membuka restoran di dua kota sukses

6. Slavko Vranes: 7’5 ” /228 cm
Berat: 275 Pounds
Tim: Portland Trail Blazers (2003 – 2004)
Pria ini hanya bermain 3 menit dengan Portland Trail Blazers.Dia telah ditandatangani 10 hari kontrak dengan Portland Trail Blazer ketika Dia bermain 3 menit.

5. Chuck Nevitt: 7’5 ” /228.5 cm
Berat: 250 Pounds
Tim: Houston Rockets (1982-1983, 1988-1990), Los Angeles Lakers (1984-1986), Detroit Pistons (1986-1988), Chicago Bulls (1992), San Antonio Spurs (1993)
Chuck adalah belum menjadi pemain penting selama karirnya. Dia bermain 9 musim tetapi tidak bermain di 3 musim. Musim lain, dia bermain pada menit tidak penting saat timnya sudah memiliki kemenangan besar atau kerugian besar.

4. Shawn Bradley: 7’6 ” /231 cm
Berat: 275 Pounds
Tim: Philadelphia 76ers (1993-1995), New Jersey Nets (1995-1997), Dallas Mavericks (1997-2005)
Shawn memiliki kewarganegaraan ganda. Dia juga warga negara Jerman. Dia sedang bermain internasional untuk Jerman. Dia terkenal karena blok dan tentu saja bagi dunk.

3.) Yao Ming: 7’6 ” /232 cm
Berat: 310 Pounds
Tim: Houston Rockets (2002 – sekarang)
Yao Ming masih bermain dengan Houston Rockets. Dia pemain yang baik dan tahu cara menggunakan nya untuk mendapatkan prestasi tinggi untuk timnya. Dia mulai bermain pada tahun 2002 dan masih bermain sampai hari ini. Dia satu-satunya pemain yang masih bermain di daftar ini.

2. Gheorghe Mureşan: 7’7 ” 234 cm
Berat: 303 Pounds
Tim: Washington Bullets (1993-1994; 1995-1997), New Jersey Nets (1998-2000)
Rumania Gheorghe Mureşan adalah pemain NBA. Dia bermain dengan Pau-Orthez di musim 1994 -1995. Dia juga membintangi film “My Giant” pada tahun 1998 dengan Billy Crystal dan Kathleen Quinlan.

1. Manute Bol: 7’7 ” /235 cm
Berat: 225 Pounds
Tim: Washington Bullets (1985-1988, 1994), Golden State Warriors (1988-1990, 1994), Philadelphia 76ers (1990-1993), Miami Heat (1993-1994)
Manute Bol adalah Sudan lahir pemain NBA. Dia dikenal karena kemampuan untuk memblokir tembakan. Dia masih memegang rekor paling diblokir tembakan per menit dengan ,176. Dia satu-satunya pemain yang melakukan blok maka ia mencetak tembakan. Dia sedang bermain bersama-sama dengan Mugsy Bagoes pada tahun 1987 dan pasangan sebagai tertinggi dan terpendek.
sumber: kaskus.us