Cari Blog Ini

Sabtu, 23 April 2011

Orang-orang yang pertama masuk Islam

Abul-Jauzaa


Hadits yang menceritakan tentang permulaan wahyu menunjukkan bahwa Khadijah radliyallaahu ‘anhaa adalah orang yang pertama kali mengetahui khabar kenabian (nubuwwah) dan turunnya wahyu. Ia adalah seorang yang membenarkan kerasulan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, mendukung, memberikan semangat, dan menghibur untuk meringankan beban yang beliau pikul. Maka tidaklah mengherankan apabila ia menjadi orang yang pertama kali beriman (masuk Islam) sebagaimana dikatakan oleh Az-Zuhriy dan Ibnu Ishaaq.[1]

Kemudian ‘Ali bin Abi Thaalib menyusul masuk Islam setelah Khadiijah pada waktu itu dimana sebelum Islam[2], ia diasuh oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai balas budi beliau kepada Abu Thaalib yang miskin lagi banyak anak. ‘Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki.[3] Al-Haafidh menguatkan pendapat bahwa umur ‘Aliy saat beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam diutus (sebagai rasul) adalah sepuluh tahun.[4]

Banyak riwayat yang lemah dan palsu seputar masuk Islamnya ‘Aliy dan shalatnya (untuk pertama kali) pada hari Selasa, sehari setelah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Khadijah shalat. (Dikisahkan) bahwa ‘Aliy melakukan shalat tujuh tahun sebelum kaum muslimin lainnya shalat.[5] Sebenarnya banyak sekali keutamaan ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu tanpa perlu ditambah kedustaan dan sikap berlebih-lebihan seperti itu.

Adapun Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu, Ibnu Katsir telah ber-istinbath bahwa ia orang yang pertama kali masuk Islam melalui sebuah hadits shahih yang menerangkan :


إن الله بعثني إليكم، فقلتم : كذبت. وقال أبو بكر : صدق، وواساني بنفسه وماله

“Sesungguhnya mengutusku kepada kalian, sementara kalian mengatakan : Engkau dusta. Adapun Abu Bakr mengatakan : (Engkau) benar. Ia telah mengorbankan jiwa dan hartanya demi aku”.[6]

Setelah Abu Bakr masuk Islam, maka keluarganya pun masuk Islam. ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa berkata :


لم أعقل أبويّ إلا وهما يدينان الدين

“Aku tidak mengetahui kedua orang tuaku kecuali keduanya memeluk agama (Islam)”.[7]

Az-Zuhriy berpendapat bahwa orang yang pertama kali masuk Islam adalah Zaid bin Haristah[8], maula Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dengan melihat perkataan Az-Zuhriy (yang lain) yang mengatakan orang yang pertama kali masuk Islam adalah Khadiijah, barangkali ia ingin mengatakan bahwa Zaid ini adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki. Dan tampak sekali Al-Waqidiy ingin mengkompromikan/menjamak dua pendapat Az-Zuhriy tersebut.[9]

Setelah itu muncul upaya pengkompromian beberapa riwayat yang secara jelas menyebutkan nama-nama shahabat yang pertama masuk Islam.

Dan ditunjukkan oleh sebuah riwayat shahih tentang Islamnya Sa’d bin Abi Waqqaash di urutan ketiga, kemudian setelahnya disusul para shahabat yang lain.[10]

Al-Qur’an turun menceritakan Islamnya Sa’d sebagaimana ia menceritakan tentang dirinya sendiri :


حلفت أم سعد أن لا تكلمه أبداً حتى يكفر بدينه ولا تأكل ولا تشرب قالت : زعمتَ أن الله وصَّاك بوالديك، وأنا أمّك وأنا آمر بهذا. قال : مكثت ثلاثة أيام حتى غشي عليها من الجهد. فقام ابن لها يقال له عمارة فسقاها، فجعلت تدعو على سعد فأنزل الله عز وجل في القرآن هذه الآية : (وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي) وفيها (وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا) قال : فكانوا إذا أرادوا أن يطعموها شجروا فاها بعصا ثم أوجروها.

“Ummu Sa’d bersumpah untuk tidak berbicara dengannya selamanya hingga ia kembali kafir dari agamanya (Islam). Ia juga tidak mau makan dan minum. Ummu Sa’d berkata : ‘Engkau pasti tahu bahwa Allah telah menyuruhmu untuk berbuat baik kepada kedua orang tuamu. Dan aku adalah ibumu dan aku menyuruhmu untuk itu (kembali kafir dari agama Islam)’. Selama tiga hari Ummu Sa’d hanya diam tidak mau makan dan minum hingga keadaannya sangat kepayahan. Ketika salah seorang anaknya yang bernama ‘Umarah ingin memberinya minum, ia malah mendoakan kecelakaan bagi Sa’d. Hingga Allah ‘azza wa jalla pun menurunkan ayat ini dalam Al-Qur’an : ‘Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku’ – dan diantara terdapat ayat : ‘dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik’. Ia berkata : “Hingga keluarganya apabila ingin memberinya makan harus bersusah-payah membuka mulutnya dengan menggunakan tongkat”.[11]

Peristiwa tersebut menunjukkan betapa gigih sikap orang-orang mukmin dahulu dalam menghadapi berbagai macam fitnah/cobaan. Selain menggunakan kelembutan dan perasaan, mereka juga menggunakan kekerasan dan kekuatan.

‘Utsman bin ‘Affaan radliyallaahu ‘anhu masuk Islam sejak awal waktu, namun tidaklah benar riwayat tentang pengakuannya bahwa ia orang keempat yang masuk Islam.[12] Thalhah menyusul masuk Islam, namun tidak benar riwayat yang menceritakan perincian kisah ke-Islamannya.[13]

Lalu Az-Zubair bin Al-‘Awwaam masuk Islam. Riwayat-riwayat yang berasal dari anaknya yang masih kecil – yaitu ‘Urwah – dimana ia tidak mendapatkan riwayat dari ayahnya menjadikannya berstatus mursal. Az-Zubair masuk Islam pada usia delapan tahun.[14] Namun riwayat dari cucunya yang bernama Hisyam bin ‘Urwah (bin Az-Zubair) mengatakan bahwa Az-Zubair masuk Islam pada usia enam belas tahun.[15] Sedangkan riwayat mursal Abul-Aswad mengisyaratkan disiksanya pamannya, yaitu Az-Zubair, dengan api karena ke-Islamannya.[16]

Barangkali sumber khabar ini bersifat kekeluargaan, karena Abul-Aswad termasuk salah satu perawi kisah peperangan ‘Urwah darinya. Sementara dalam riwayat Al-Waaqidiy, Az-Zubair masuk Islam pada usia tujuh belas tahun.[17]

Di antara orang-orang yang masuk Islam pertama kali yang lain adalah Khaalid bin Sa’iid bin Al-‘Ash, namun perincian kisah ke-Islamannya tidaklah shahih dimana Al-Waqidiy menyendiri dalam periwayatannya.[18]

‘Abdullah bin Mas’uud saat menceritakan kisah keislamannya berkata :


كنت غلاماً يافعاً أرعى غنماً لعقبة بن أبي معيط بمكة، فأتى عليّ رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وقد فرا من المشركين، فقال : يا غلام هل عندك لبن تسقينا ؟ قلت : إني مؤمن ولست بساقيكما، قالا : فهم عندك من جذعة لم ينزُ عليها الفحل بعد ؟ قلت : نعم. فأتيتها بها، فاعتقلها أبو بكر وأخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم الضرع فدعا، فحفل الضرع، وأتاه أبو بكر بصخرة منقعرة، فحلب ثم شرب هو وأبو بكر ثم سقياني، ثم قال للضرع : اقلُصْ، فقلص.
فلما كان بعد أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم، قلت : علّمني من هذا القول الطيب - يعني القرآن - ، فقال رسول الله عليه وسلم : إنك غلام مُعَلَّم. فأخذت من فيه سبعين سورة ما ينازعني فيها أحد.


Waktu itu aku masih kecil. Aku biasa menggembalakan kambing milik ‘Uqbah bin Abi Mu’aith di Makkah. Pada satu hari, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr mendatangiku saat mereka berdua lari dari kejaran orang-orang musyrikiin. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku : “Wahai anak, apakah engkau mempunyai susu yang dapat kami minum ?”. Aku berkata : “Aku hanyalah orang yang dipercaya (untuk menggembala) yang tidak bisa memberikan minum kepada kalian berdua (tanpa ijin/sepengetahuan dari pemilik kambing)”. Mereka berdua berkata : “Apakah engkau mempunyai kambing betina tua yang tidak lagi dikawini oleh kambing jantan ?”. Aku menjawab : “Ya”. Maka aku membawa kambing itu kepada mereka berdua. Maka Abu Bakr mengikatnya, dan kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memegang teteknya dan berdoa. Maka tetek kambing itu membesar berisi susu. Abu Bakr kemudian mengambil sebuah batu cekung. Ia pun kemudian memerahnya, lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr meminumnya. Aku pun mereka beri minum. Setelah selesai, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada tetek kambing itu : “Mengkerutlah”. Maka ia pun mengkerut.

Setelah peristiwa itu, aku pun mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “Ajarilah aku perkataan yang bagus itu – yaitu Al-Qur’an – “. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya engkau adalah seorang anak yang patut untuk diajari”. Maka aku pun berhasil mengambil pelajaran dari mulut beliau sebanyak tujuh puluh surat, satu hal tidak dapat dicapai oleh seorangpun (selain aku)”.[19]

Al-Waaqidiy menyebutkan bahwa ‘Abdullah bin Mas’uud memeluk agama Islam sebelum masuknya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ke Daarul-Arqaam.[20] Dan disebutkan pula satu riwayat dla’if lainnya bahwa Ibnu Mas’ud termasuk keenam yang masuk Islam.[21]

Tidak diragukan lagi bahwasannya Khabbaab bin Al-Arat juga juga termasuk diantara orang yang awal masuk Islam, namun tidak shahih riwayat yang menyebutkan ia masuk Islam pada usia enam tahun.[22] Begitu juga masuk Islamnya Bilaal Al-Habsyiy di awal waktu[23]. Ia dulu seorang budak yang dijual dan dibeli oleh Abu Bakr, kemudian dimerdekakannya.[24]

Telah shahih riwayat bahwasannya ‘Ammaar bin Yaasir masuk Islam di awal waktu. Ia telah berkata perihal dirinya sendiri :


رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وما معه إلا خمسة أعبد وأمرتان وأبو بكر.

“Aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang bersamanya kecuali lima orang budak, dua orang wanita, dan Abu Bakr”.[25]

Ibnu Mas’ud berkata :


أول من أظهر إسلامه سبعة رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأبو بكر، وعمار، وأمه سُميَّة، وصُهيب، وبلال، والمقداد.

“Orang-orang pertama yang menampakkan ke-Islamannya sebanyak tujuh orang, yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Ammaar, ibu ‘Ammar yang bernama Sumayyah, Shuhaib, Bilaal, dan Al-Miqdaad”.[26]

Adapun ‘Amr bin ‘Absah As-Sulamiy mengaku dirinya sebagai orang keempat yang masuk Islam pertama kali. Ia berkata :


فلقد رأيتني إذ ذاك ربع الإسلام.

“Sungguh aku melihat diriku saat itu adalah seperempat bagian dari Islam“.[27]



Bersambung ...Insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar